Satu-satunya populasi liar Asiatic lion (Panthera leo persica) hidup di kawasan Hutan Gir dan wilayah sekitarnya. Karena seluruh populasinya terpusat di satu area, kondisi hutan Gir berperan besar dalam membentuk perilaku, pergerakan dan cara beradaptasi mereka[1].

    Gir bukan padang rumput luas seperti savana Afrika, tetapi perpaduan hutan gugur, hutan berduri2, scrubland1, semak dan perbukitan. Lingkungan inilah yang menentukan bagaimana singa menggunakan ruang, berkomunikasi, berburu, hingga menjaga wilayahnya.

     

    Karakter Hutan Gir

    Hutan Gir memiliki variasi vegetasi yang kompleks yang menyediakan berbagai jenis ruang bagi Singa Asia. Keragaman struktur habitat inilah yang menjadi fondasi utama bagi cara singa bertahan hidup di Gujarat.

    1. Komposisi Vegetasi Gir

      Gir digambarkan sebagai kawasan perbukitan dengan scrubland yang dipenuhi jati, pohon gugur dan hutan berduri khas Saurashtra[2]. WWF India mencatat bahwa populasi terakhir Singa Asia hidup di dry deciduous forest3 dan grassy scrublands4 di bagian barat daya Gujarat[5].

      Kajian Singh dan Gibson menyebut Gir dan Girnar sebagai area luas berisi dry deciduous forest, thorn forest2 dan savanna5 yang menopang keragaman satwa serta menjadi dasar ekologi singa di wilayah tersebut[6].

    2. Patch Vegetasi dan Koridor Alam

      Struktur vegetasi Gir tersusun dalam patch vegetasi6 dengan tingkat kerapatan yang berbeda. Patch yang rapat memberi perlindungan dan tempat istirahat, sedangkan area yang lebih terbuka dimanfaatkan untuk berpindah atau beraktivitas pada waktu tertentu. Studi MDPI menemukan bahwa konektivitas antarpatch dan keberadaan koridor alami7 membantu singa bergerak lebih aman dan efisien di Greater Gir Landscape[4].

     

    Pemilihan Ruang

    Pemilihan ruang oleh singa sangat dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi. Patch yang lebih rapat menawarkan perlindungan dari panas dan menurunkan risiko terlihat oleh mangsa, sehingga sering dipilih sebagai tempat beristirahat dan berlindung.

    Studi MDPI menunjukkan bahwa singa lebih sering ditemukan di vegetasi patch yang padat, dan mereka memanfaatkan kombinasi beberapa jenis tutupan lahan seperti natural vegetation, plantation dan fallow land8 sesuai kebutuhan ruang dan keamanan[4]. Area yang lebih terbuka seperti scrubland umumnya dimanfaatkan pada malam hari ketika suhu lebih sejuk.

     

    Pergerakan di Hutan Gir

    Pergerakan harian Singa Asia mengikuti bentuk fisik habitatnya. Mereka memanfaatkan jalur alami, koridor vegetasi, dan area transisi antarpatch untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan aman.

    Studi MDPI menunjukkan bahwa jaringan patch yang saling terhubung memudahkan Singa Asia menjelajah wilayah yang lebih luas tanpa terputus[4].

    Studi Frontiers menambahkan bahwa hampir semua pohon penanda aroma berada dalam jarak sekitar lima meter dari jalan hutan yang menunjukkan peran penting struktur hutan dalam komunikasi dan navigasi ruang[3].

     

    Komunikasi Melalui Penandaan

    Scent marking9 merupakan bagian penting dari komunikasi dan penandaan wilayah. Titik-titik penandaan ini sangat dipengaruhi oleh posisi dan jenis vegetasi.

    Frontiers mencatat bahwa sebagian besar pohon yang digunakan untuk scent marking terletak dekat jalur hutan, dan beberapa spesies seperti Butea monosperma lebih sering dipilih. Struktur batang, ketinggian, dan jarak pohon dari jalur pergerakan tampaknya memengaruhi pemilihan titik marking tersebut[3]. Vegetasi di sini tidak sekadar latar, tetapi menjadi bagian dari sistem komunikasi teritorial yang digunakan Singa Asia setiap hari.

     

    Dinamika Sosial

    Dinamika sosial Singa Asia juga dipengaruhi oleh karakter habitat Gir yang lebih tertutup dan terfragmentasi. Lingkungan seperti ini cenderung mendukung kelompok yang lebih kecil dan fleksibel.

    Britannica menjelaskan bahwa habitat di India memengaruhi ukuran kelompok dan pola kebersamaan Singa Asia sehingga cenderung berbeda dari Singa Afrika yang hidup di padang rumput terbuka[1].

    Studi MDPI memperlihatkan bahwa jantan dewasa menjaga area yang menghubungkan satu patch dengan patch lain, sedangkan betina lebih sering memilih vegetasi rapat untuk membesarkan anak[4].

     

    Strategi Berburu

    Lingkungan hutan dan semak di Gir mendorong Singa Asia untuk mengandalkan cover vegetasi dalam strategi berburu. Mereka memanfaatkan semak, hutan jati, dan area yang lebih rapat untuk mendekati mangsa secara perlahan sebelum menyerang.

    Singh dan Gibson mencatat bahwa pemulihan vegetasi dan berkurangnya tekanan pastoral meningkatkan populasi mangsa alami[6]. Perubahan kondisi habitat seperti ini juga mengubah pola makan dan distribusi Singa Asia di dalam kawasan Gir, karena ketersediaan mangsa menjadi lebih baik di area yang sebelumnya tertekan aktivitas manusia.

     

    Adaptasi pada Beragam Habitat

    Pertumbuhan populasi dan perubahan tutupan vegetasi membuat sebagian Singa Asia mulai menjelajah area di luar inti hutan. Mereka menunjukkan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang berubah.

    Studi MDPI mencatat bahwa Singa Asia kini memanfaatkan tepi hutan, padang semak baru, dan beberapa bagian lahan pertanian, terutama di wilayah transisi antara hutan dan pemukiman[4]. Pola ini menunjukkan fleksibilitas ekologis, tetapi juga meningkatkan potensi interaksi dengan manusia.

     

    Kesimpulan

    Struktur Hutan Gir memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan Singa Asia. Vegetasi menentukan jalur pergerakan, tempat beristirahat, strategi berburu, pola komunikasi, hingga dinamika sosial. Patch vegetasi dan konektivitas koridor membentuk pola ruang yang diikuti singa sepanjang hidupnya. Memahami keterkaitan antara karakter hutan dan perilaku singa menjadi dasar penting bagi upaya konservasi jangka panjang spesies ini.

     

    Footnote

    1. Scrubland: padang semak dengan vegetasi rendah dan berserak.
    2. Hutan berduri (thorn forest): hutan tropis kering dengan pohon berduri dan semak rapat.
    3. Dry deciduous forest: hutan gugur kering yang merontokkan daun pada musim panas.
    4. Grassy scrublands: area semak yang memiliki campuran rumput dan tanaman rendah.
    5. Savanna: padang rumput berkayu dengan pepohonan yang tersebar.
    6. Patch vegetasi: petak vegetasi dengan ciri kerapatan atau komposisi tertentu.
    7. Koridor alami: jalur vegetasi yang menghubungkan satu patch habitat dengan patch lain.
    8. Fallow land: lahan pertanian yang tidak ditanami untuk sementara waktu.
    9. Scent marking: perilaku penandaan aroma untuk komunikasi teritorial dan batas wilayah.
     

    Referensi

    1. Gisonna, Kelly (2025-11-25). "Asiatic lion". Britannica. Diakses tanggal 2025-12-05.
    2. Britannica, ed. (2025-10-12). "Gir National Park". Britannica. Diakses tanggal 2025-12-05.
    3. Ram, Mohan; Sahu, Aradhana; Srivastava, Nityanand; Mahajan, Prashant; Baraiya, Sneha; Dagur, Tanisha; Jhala, Lahar (2025-04-23). "Decoding scent-marking behavior of Asiatic lions in Gir Forest, Gujarat, India". frontiers. Diakses tanggal 2025-12-05.
    4. Mehta1, Abhinav; Rakholia, Shrey; Yosef, Reuven; Bhatt, Alap; Shukla, Shital (2024-03-20). "Regional Sustainability through Dispersal and Corridor Use of Asiatic Lion Panthera leo persica in the Eastern Greater Gir Landscape". MDPI. Diakses tanggal 2025-12-05.
    5. India, WWF. "Asiatic lion". WWF. Diakses tanggal 2025-12-05.
    6. Singh, H. S.; Gibson, L. (2010-12-13). "A conservation success story in the otherwise dire megafauna extinction crisis: The Asiatic lion (Panthera leo persica) of Gir forest"(PDF). Biological Conservation. Diakses tanggal 2025-12-05.