Singa Asia tidak hanya dikenal sebagai satwa liar yang hidup di kawasan India. Dalam sejarah panjang anak benua ini, singa juga hadir sebagai simbol budaya, figur mitologis, dan elemen visual pada monumen kenegaraan. Peran itu terbentuk lewat pertemuan antara kepercayaan, kekuasaan, dan seni yang berkembang sejak India kuno.

     

    Singa dalam Tradisi Mitologi India

    Di mitologi Hindu, singa sering dipahami sebagai lambang kekuatan dan perlindungan. Salah satu wujud yang paling dikenal adalah Narasimha, inkarnasi Vishnu yang digambarkan setengah manusia dan setengah singa[1].

    Kisah Narasimha menekankan tema perlindungan terhadap tatanan moral dan penegakan keadilan. Dari sini, singa tidak dipandang sekadar hewan, tetapi figur yang membawa makna religius—sejenis “penjaga” bagi nilai yang diyakini benar[1].

     

    Kekaisaran Maurya dan Kebutuhan Simbol Kenegaraan

    Makna simbolik itu kemudian bertemu dengan panggung sejarah ketika muncul Kekaisaran Maurya. Sumber sejarah menjelaskan Maurya sebagai kekaisaran besar yang menyatukan wilayah luas di anak benua India di bawah satu pemerintahan terpusat[2].

    Dalam wilayah seluas itu, negara perlu cara cepat untuk 'berbicara' kepada rakyat lintas kota dan daerah. Di sinilah monumen dan prasasti menjadi penting: pesan negara dibuat terlihat dan diulang lewat bentuk yang mudah dikenali[2].

     

    Pilar Ashoka dan Figur Singa sebagai Tanda Visual

    Pada masa Ashoka, pesan negara sering disampaikan lewat edik yang dipahat pada media keras, termasuk pilar dari batu pasir yang dipoles. Met Museum menuliskan bahwa Ashoka mengeluarkan edik tambahan yang dipahat pada pilar batu pasir yang dipoles dan ditempatkan secara strategis[3].

    Salah satu contoh yang disebut jelas adalah pilar di Lauriya Nandangarh, Bihar, yang 'capped by a seated lion' (puncaknya dihiasi singa duduk)[3]. Bagian ini penting karena menunjukkan satu hal sederhana: singa hadir sebagai elemen visual nyata pada monumen resmi era Maurya, bukan sekadar cerita atau hiasan tanpa konteks[3].

     

    Ashoka dan Monumen sebagai Media Pesan Negara

    World History Encyclopedia menjelaskan bahwa Ashoka merumuskan konsep dhamma dan menggunakan edik yang dipahat untuk menyampaikan pesan itu di berbagai wilayah kekaisaran[4].

    Dengan cara ini, pilar dan prasasti tidak hanya berdiri sebagai “benda”, tetapi berfungsi sebagai media komunikasi: pesan moral dan arah kebijakan dibuat permanen, bisa dilihat banyak orang, dan sulit diabaikan[4].

     

    Dari Simbol Budaya ke Identitas Negara

    Kalau dirangkum, 'kekuatan' simbol singa di India terbentuk dari dua jalur yang saling menguatkan. Pertama, jalur mitologi yang menempatkan singa sebagai figur pelindung dan penegak nilai (contohnya Narasimha)[1]. Kedua, jalur sejarah yang menunjukkan singa hadir pada monumen era Maurya—terutama pada pilar yang terkait dengan komunikasi negara di masa Ashoka[3][4].

    Jadi, ketika singa muncul sebagai simbol yang melekat pada identitas India, itu bukan kebetulan. Ada jejak makna budaya yang panjang, dan ada bukti visual yang konkret di periode sejarah yang sangat berpengaruh[2].

     

    Referensi

    1. Britannica, ed. "Narasimha". Britannica. Diakses tanggal 2025-12-13.
    2. Basu, Anindita (2016-10-06). "Mauryan Empire". World History Encyclopedia. Diakses tanggal 2025-12-13.
    3. Department of Asian Art (2000) "Mauryan Empire (ca. 323–185 B.C.)". The Met. Diakses tanggal 2025-12-13.
    4. Mark, Joshua J. (2020-06-24). "Ashoka the Great". World History Encyclopedia. Diakses tanggal 2025-12-13.
     

    FAQ

    Tidak secara langsung. Singa lebih dulu memiliki makna religius dan budaya dalam mitologi India, terutama melalui figur seperti Narasimha. Baru pada masa Kekaisaran Maurya, singa mulai hadir secara nyata dalam monumen kenegaraan seperti pilar Ashoka.

    Narasimha adalah inkarnasi Vishnu berbentuk setengah manusia dan setengah singa. Sosok ini melambangkan perlindungan dan penegakan keadilan, sehingga memperkuat makna singa sebagai figur pelindung dalam budaya India.

    Pilar Ashoka dibuat sebagai media penyampaian edik dan pesan negara. Beberapa pilar tersebut memiliki figur singa di bagian puncaknya, yang berfungsi sebagai elemen visual yang mudah dikenali dan menonjol pada monumen resmi era Maurya.

    Tidak. Pilar Ashoka digunakan untuk menyampaikan edik yang berisi nilai moral dan kebijakan pemerintahan. Pilar tersebut berfungsi sebagai media komunikasi negara, bukan sekadar ornamen.